Saya sudah tinggal di Samarinda sejak tahun 1985.
Setahun setelah saya dilahirkan. Meskipun ari-ari saya dilarung di sungai
Amandit, namun rasa dan keruhnya air Mahakam, telah saya cecap sejak saya
disapih.
Samarinda sudah menjadi tanah yang sulit saya lupakan,
walau dengan segudang permasalahan yang menerpanya. Dari masalah banjir lumpur,
semrawutnya drainase, bentang kabel diantara kabel listrik yang tak nyaman
dipandang, permasalahan sosial dan pendidikan serta masih banyak lagi permasalahan kota, yang belum terselesaikan.