Ego dan ambisi adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan dari makhluk yang bernama manusia. Bahkan sejak Adam dan Hawa ada di muka bumi. Keturunannya pertamanya pun diwarnai oleh ego.
Mengapa demikian? Karena itu termasuk sebagai bagian dari karunia Allah. Allah telah menitipkan ego sebagai bagian dari akal dan nafsu. Manusia diberi kelebihan tersebut, dengan maksud menjadikannya sebaik-baik makhluk penghuni bumi.
Mengapa demikian? Karena itu termasuk sebagai bagian dari karunia Allah. Allah telah menitipkan ego sebagai bagian dari akal dan nafsu. Manusia diberi kelebihan tersebut, dengan maksud menjadikannya sebaik-baik makhluk penghuni bumi.
sumber |
Namun pada kenyataannya, nafsu terkadang menguasai hati. Ego dan ambisi berkembang tanpa terkendali. Keinginan menguasai dan mendapat lebih dan lebih, menjadi membabi buta. Tanpa memikirkan lagi aturan-aturan agama.
Jika saja kekuasaan, tanpa dibarengi dengan ego niscaya korupsi lenyap dari muka bumi Indonesia tercinta. Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada keinginan menjadi penguasa?
Penguasa atau kekuasaan lekat kaitannya dengan cita-cita. Cita-cita untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Cita-cita menyatukan semua suku. Dan masih banyak lagi cita-cita lain, yang kemudian berkembang menjadi keinginan memiliki wewenang untuk leluasa menjalankan cita-cita tersebut.
Kekuasaan sudah terjadi sejak jaman dulu, sejak manusia ada. Yang kemudian menodai jalannya kekuasaan dan wewenangnya adalah ambisi dan ego, baik secara pribadi atau berkelompok.
Maka berkembanglah sistem korupsi yang sudah selayaknya di museumkan. Betapa tidak, budaya tersebut telah mengakar selama berpuluh abad. Dan sulit sekali untuk dilenyapkan. Terlebih lagi di Indonesia. Bangsa kita tercinta.
Korupsi bukanlah barang antik. Sudah menjadi pasaran dimana-mana. Korupsi yang dimaksud bukan hanya sekedar menilep uang rakyat, tetapi juga waktu dan tanggung jawab sebagai pelayan bagi kekuasaannya sendiri.
Pilu rasanya ketika mengingat bagaimana perjuangan bangsa ini di masa lalu. Bagaimana pejuang rela menghabiskan seluruh kehidupannya, masa depannya bahkan hartanya, agar Indonesia bisa merdeka. Bagaimana para pejuang, bahu membahu membangun semangat bersatu.
Semangat mereka yang telah memperjuangkan bangsa ini telah padu dalam Pancasila. Semangat yang mulai pudar. Ideologi yang seharusnya di junjung untuk membangun bangsa ini. Niscaya dengan impian Pancasila, Indonesia semakin jaya.
Mengembalikan mimpi Pancasila yang sudah dirumuskan sebagai dasar negara adalah keharusan. Bagaimana seharusnya Pancasila tetap menjadi pondasi kokoh bagi kemajemukan nusantara.
Setiap sila yang di kandung oleh Pancasila, lengkap sebagai tiang dari Paradigma politik dan reformasi bangsa. Sehingga tidak akan keluar dari jalur. Norma-norma yang dimiliki dari pengamalan Pancasila adalah bentuk nyata dari kultur bangsa Indonesia yang majemuk.
Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap agama menjunjung kepercayaan tinggi terhadap tuhannya. Khusunya Islam. Tuhan Esa. Maka percayalah, bahwa dia yang Maha Esa, adalah satu-satunya yang pantas dipercaya. Bukan mempercayai seberapa banyak jumlah yang di korupsi, akan mampu menjamin masa depan kita. Alam mempunyai hukum yang sudah di atur oleh Tuhan yang Maha Esa. Seberapapun kita mengumpulkan harta, jika alam berkehendak lain, maka harta tersebut tidaklah kekal.
sumber |
Persatuan Indonesia. Dengan semangat mempersatukan lah Indonesia dapat merdeka. Kembalikan nilai tersebut ke dalam nurani.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Disinilah letak kewenangan. Pemimpin yang bijaksana.
Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada keadilan sama sekali dalam kecurangan.
Nilai-nilai ini mutlak ditanamkan baik pada setiap generasi penerus bangsa. Dan mutlak di review kembali pada nurani semua calon-calon pemimpin bangsa atau yang sedang memimpin bangsa. Mari kembalikan Pancasila ke dalam semangat Reformasi.
No comments:
Post a Comment